Blusukan Risma, Manuver Di Tumpukan Piring Kotor Kemensos

Pengamat Politik Ujang Komarudin menilai blusukan Risma sebagai manuver mentereng melunturkan popularitas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

Menteri Sosial Tri Rismaharini jadi sorotan publik melalui aksi blusukan ke beberapa wilayah di DKI Jakarta usai dilantik Presiden Joko Widodo. Risma banyak menjanjikan penghidupan lebih layak ke para tunawisma di provinsi yang dipimpin Anies Baswedan tersebut.

Blusukan Risma menuai pro dan kontra, mulai dari akar rumput, politisi hingga akademisi. Aksi Risma dinilai tak berdasarkan urgensi, cenderung dinilai sebagai bentuk manuver politik menyerang pihak tertentu.

"Harusnya membenahi tata kelola Kemensos. Pembenahan SDM. Perampingan organisasi, dan karena itu kan organisasinya korup," ujar Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisaksi, Trubus Rahadiansyah dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (7/1).

Trubus mengingatkan aksi blusukan tak mesti dilakoni sekelas menteri. Bukan hanya tak efektif, namun kata dia, Risma juga tidak mampu menyelesaikan permasalahan utama dari Kementerian: cap buruk ladang korup karena kasus sunat bansos Mensos terdahulu. Risma melakukan manuver itu di tengah tumpukan piring kotor Kemensos.

"Gak esensial. Gak ada urgensinya juga, untuk apa. Masyarakat juga sebetulnya tidak membutuhkan lagi gitu," tambah dia.

Trubus mengingatkan, Kemensos merupakan institusi teknis yang mengurusi banyak hal di tengah situasi pandemi covid-19. Persoalan koordinasi dari tingkat pusat hingga ke darah pun, kata dia, masih bermasalah.

Di sisi lain, Trubus mengungkapkan bahwa tebar janji Risma di DKI agak sulit diwujudkan dalam jangka pendek ini. Secara logika, kata dia, Risma akan sulit untuk menyiapkan alokasi anggaran untuk memenuhi semua janji.

"Misalnya Mensos itu janji mau bikinnya rumah, pertanyaannya anggarannya dari mana. Anggaran kementerian itu kan harus dianggarkan melalui APBN dulu, jadi enggak bisa ujuk-ujuk nawarin. Kecuali sifatnya pribadi, ya itu bisa," tambahnya.

Redam Popularitas Anies

Aksi blusukan Risma juga dituding sebagai manuver mentereng melunturkan popularitas Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.

"Saya melihatnya begini, PDIP ini partai pemenang pemilu. Nah di DKI ini PDIP menang. Tapi gubernurnya bukan dari PDIP, tapi gubernurnya dari partai lain. Tentu PDIP ini pingin punya pemimpin di DKI karena sebagai ibu kota," ucap Pengamat Politik Universitas Al Azhar, Ujang Komaruddin, Rabu (6/1).

Ujang meyakini bahwa hingga saat ini belum ada sosok di tingkat nasional yang dapat disandingkan dengan popularitas Anies Baswedan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Hal itu, semakin kentara usai Basuki Tjahaja Purnama kalah dalam Pilkada 2017.

Sosok Risma dinilai sudah sering digadang-gadang untuk menjadi penanding Anies. Hanya saja, ketika jabatannya masih di tingkat wali kota, hal tersebut masih terlalu sulit.

"Misalnya dengan persoalan sampah. tapi Risma tidak sukses, karena jabatannya itu lebih rendah. Saat ini kan jadi Mensos, jabatannya menteri anggap saja lebih tinggi, mulai lagi di sandingkan," kata Ujang.

"Sebenarnya ini mengisi ruang kosong para pembenci Anies untuk mengkritik," tambahnya.

Bahkan, kata dia, bukan tidak mungkin apabila partai berlogo Banteng moncong putih itu ingin mendorong Risma agar ikut dalam kontestasi politik tingkat nasional di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang. Namun, menurut Ujang hal itu bergantung pada bagaimana simpati publik yang dapat ditarik melalui manuver-manuver Risma dalam beberapa waktu ke depan nantinya.

Ujang beranggapan bahwa upaya pencitraan lewat cara blusukan sudah usang. Pasalnya, kata dia, masyarakat banyak yang sudah tidak percaya janji yang dilontarkan oleh pejabat publik secara terbuka itu.

"Jadi bisa ramai di medsos, tapi bisa jadi masyarakat tidak simpati gitu loh. Karena tadi, dianggap tokoh-tokoh atau pejabat publik melakukan pencitraan seperti itu," katanya.

Terpisah, sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto membantah Risma hanya melakukan aksi blusukan di Jakarta. Sejak menjabat sebagai Mensos, kata dia, Risma blusukan ke seluruh wilayah di Indonesia, termasuk ke Ponorogo, Jawa Timur (Jatim) beberapa waktu lalu.

Dia menjelaskan karakter kepemimpinan Risma ialah turun dan menyapa rakyat khususnya yang miskin, terpinggirkan, yang diperlakukan tidak adil, `wong cilik rakyat Marhaen` di setiap kunjungan ke daerah.

"Risma melakukan blusukan bukan hanya akan di Jakarta. Tapi juga di seluruh wilayah Indonesia yang merupakan wilayah kerjanya sebagai menteri sosial. Pada akhir tahun lalu, Risma sempat berkunjung ke Ponorogo untuk bertemu penyandang disabilitas," kata Hasto dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (5/1).